Bagaimana mengatasi anak yang nangis terus, rewel, dll?
Suatu ketika terlontar
pertanyaan tersebut pada bu Wiwi. Kemudian ibu itu ditanya, kapan anak Anda
tidur? Jawabnya, jam 9 tidur, jam 12 bangun lalu tidur lagi, jam 3 bangun lagi
kemudian tidur lagi..Kapan nangisnya? Lanjut
ditanya. Ibu itu tersenyum malu, kapan yah?
Nah, anak-anak memang fitrahnya menangis. Toh
mereka tidak menangis 24 jam. Dalam sehari anak-anak kita tidak menangis terus,
tapi ada kalanya dia jadi anak yang manis dengan senyumnya. Anak yang lucu
dengan tingkahnya, anak yang pintar membawakan piring ke dapur dengan hati-hati
dan tidak jatuh. Orang tua harus menghargai itu. Fokus pada kebaikan anak.
Jangan berlebihan dengan menilai anak nakal,
rewel, cengeng, dll. Itu semua normal. Tinggal bagaimana orang tua memandang,
menyikapi, dan bersabar.
Seorang anak dilahirkan untuk disiapkan
kehidupan setelah wafatnya. Itu tugas orang tua. Sejatinya memang anak-anak
kita lahir sebagai amanah, hadiah, sekaligus ujian untuk kedua orang tuanya.
Oleh sebab itu, takutlah pada Allah wahai orang tua. Jika sampai kita
membesarkan mereka dengan luka dari kata-kata karena sempitnya hati untuk
bersabar dalam ujianNya dan dangkalnya ilmu untuk mendidiknya. Bentakan saja
membuat jutaan sel-sel otak anak mati. Apalagi harus berlebihan dalam menilai
anak kita sebagai anak nakal, rewel, cengeng, dll.
Ketika anak masih kecil, itulah masa berjuangnya
seorang ibu. Perhatikan apa yg menjadi kebutuhan anak. Anak rewel mungkin ia
lapar. Karena itu jika hendak bepergian atau kita tinggal beberapa saat,
kenyangkan dulu perutnya. Siapkan susunya, snacknya, makanannya dan segala
kebutuhannya. Anak akan tenang jika terpenuhi rasa nyamannya. Memang anak
seperti raja (untuk anak dibawah 7 tahun). Ia butuh dilayani dengan pelayanan
maksimal.
Rasulullah mendidik para sahabat dan anak dengan
teladan, dengan memuliakan anak kecil. Rasulullah juga kerap memeluk, mencium,
dan berbicara dengan mensejajarkan tubuh dan tatapan pada anak. Di sinilah
pondasi kecintaan, penghormatan, dan kepercayaan anak dibangun terhadap orang
tua. Sebab orang tua menjadi sosok yang paling dekat dengan anak nya. Sehingga
orang tua bisa menyiapkan anak tumbuh menjadi dewasa dengan kematangan iman dan
pikiran. Siapkan anak untuk menjadi penjaga agama. In syaa Allah, Allah akan
menjaganya dalam amal shalih.
Apakah orangtua tidak boleh
marah pada anak?
Hal yang sulit dilakukan adalah menyembunyikan
rasa marah pada raut muka. Sebagai manusia, rasa marah bisa saja ditemui saat
hati tak cukup kuat menahan diri. Ketika anak melakukan hal yang membuat kita
marah, dekati ia, rendahkan tubuh kita untuk mensejajarkannya, tatap matanya,
pegang bahunya, katakan Nak, ibu tidak suka kalau kamu begini, kalau kamu
begitu..
Anak perlu tahu bahwa tidak semua hal yang ia
lakukan dimaklumi atau membuat orang senang. Adakalanya ia harus menghadapi
orang-orang yang tidak suka dengan perbuatanya. Sehingga anak akan belajar mana
hal yang boleh dilakukan, mana yang tidak boleh. Mana yang orang lain sukai,
mana yg tidak. Perlahan kita membangun karakter dan kecerdasan mentalnya.
Ada sebuah kisah nyata yang hadir di zaman ini.
Seorang istri yang berkeluh kesah karena sudah sekian lama pernikahannya belum
pula dikaruniai anak. Selain itu, setiap pulang kerja suaminya selalu mampir ke
rumah orang tuanya yang tak jauh dari rumahnya. Saat malam tiba barulah
suaminya pulang ke rumah sang istri. Hingga pada suatu hari sang istri
diam-diam mengikuti suaminya ke rumah org tuanya, dan apa yg terjadi? Ternyata
suaminya masih menyusu pada ibunya!
Kita tidak ingin anak kita seperti bayi besar.
Fisiknya tumbuh besar, namun mental dan pikirannya seperti bayi. Orang tua
bertanggung jawab menyiapkan anak agar siap menghadapi dunia. Orang tua
bertanggung jawab menyiapkan anaknya menjadi seorang suami dan menjadi seorang
istri dengan berbagai bekal, kemampuan, dan usaha. Doakan setiap hal dari anak
kita. Mudah-mudahan kita semua menjadi orang tua yang menyadari setiap
kekurangan diri lalu memperbaikinya di tengah setiap ikhtiar dan diiringi terus
dengan doa dan belajar, belajar, dan teruuuusss belajar.. In syaa Allah.
Hari itu menjadi salah satu hari yang sangat
berharga dari ribuan hari yang saya lewati. Pertemuan yang singkat namun padat
ilmu. Semoga Allah memberkahi ibu wiwi dan keluarganya, juga keluarga kita
semua.
Tulisan ini saya adaptasi dari tulisan mba Dewi Lestari. Berhubung
saya tidak menyimak secara utuh karena harus ngejar Rumaisha yang
lari-lari di jalanan luar. Hehehe.
amuut, bagus banget tulisannyaa.. ngingetin lagi kalo anak itu amanah dan mesti dijaga baik2.. :)
ReplyDeleteiya kak talitha, sama sama saling ngingetin yaa :)
Delete