12/01/2015

Inspiring Mother (Part 2)

Bagaimana mengatasi anak yang nangis terus, rewel, dll?

Suatu ketika terlontar pertanyaan tersebut pada bu Wiwi. Kemudian ibu itu ditanya, kapan anak Anda tidur? Jawabnya, jam 9 tidur, jam 12 bangun lalu tidur lagi, jam 3 bangun lagi kemudian tidur lagi..Kapan nangisnya? Lanjut ditanya. Ibu itu tersenyum malu, kapan yah?

Nah, anak-anak memang fitrahnya menangis. Toh mereka tidak menangis 24 jam. Dalam sehari anak-anak kita tidak menangis terus, tapi ada kalanya dia jadi anak yang manis dengan senyumnya. Anak yang lucu dengan tingkahnya, anak yang pintar membawakan piring ke dapur dengan hati-hati dan tidak jatuh. Orang tua harus menghargai itu. Fokus pada kebaikan anak.

Jangan berlebihan dengan menilai anak nakal, rewel, cengeng, dll. Itu semua normal. Tinggal bagaimana orang tua memandang, menyikapi, dan bersabar.

Seorang anak dilahirkan untuk disiapkan kehidupan setelah wafatnya. Itu tugas orang tua. Sejatinya memang anak-anak kita lahir sebagai amanah, hadiah, sekaligus ujian untuk kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, takutlah pada Allah wahai orang tua. Jika sampai kita membesarkan mereka dengan luka dari kata-kata karena sempitnya hati untuk bersabar dalam ujianNya dan dangkalnya ilmu untuk mendidiknya. Bentakan saja membuat jutaan sel-sel otak anak mati. Apalagi harus berlebihan dalam menilai anak kita sebagai anak nakal, rewel, cengeng, dll.

Ketika anak masih kecil, itulah masa berjuangnya seorang ibu. Perhatikan apa yg menjadi kebutuhan anak. Anak rewel mungkin ia lapar. Karena itu jika hendak bepergian atau kita tinggal beberapa saat, kenyangkan dulu perutnya. Siapkan susunya, snacknya, makanannya dan segala kebutuhannya. Anak akan tenang jika terpenuhi rasa nyamannya. Memang anak seperti raja (untuk anak dibawah 7 tahun). Ia butuh dilayani dengan pelayanan maksimal.

Rasulullah mendidik para sahabat dan anak dengan teladan, dengan memuliakan anak kecil. Rasulullah juga kerap memeluk, mencium, dan berbicara dengan mensejajarkan tubuh dan tatapan pada anak. Di sinilah pondasi kecintaan, penghormatan, dan kepercayaan anak dibangun terhadap orang tua. Sebab orang tua menjadi sosok yang paling dekat dengan anak nya. Sehingga orang tua bisa menyiapkan anak tumbuh menjadi dewasa dengan kematangan iman dan pikiran. Siapkan anak untuk menjadi penjaga agama. In syaa Allah, Allah akan menjaganya dalam amal shalih.


Apakah orangtua tidak boleh marah pada anak?

Hal yang sulit dilakukan adalah menyembunyikan rasa marah pada raut muka. Sebagai manusia, rasa marah bisa saja ditemui saat hati tak cukup kuat menahan diri. Ketika anak melakukan hal yang membuat kita marah, dekati ia, rendahkan tubuh kita untuk mensejajarkannya, tatap matanya, pegang bahunya, katakan Nak, ibu tidak suka kalau kamu begini, kalau kamu begitu..

Anak perlu tahu bahwa tidak semua hal yang ia lakukan dimaklumi atau membuat orang senang. Adakalanya ia harus menghadapi orang-orang yang tidak suka dengan perbuatanya. Sehingga anak akan belajar mana hal yang boleh dilakukan, mana yang tidak boleh. Mana yang orang lain sukai, mana yg tidak. Perlahan kita membangun karakter dan kecerdasan mentalnya.

Ada sebuah kisah nyata yang hadir di zaman ini. Seorang istri yang berkeluh kesah karena sudah sekian lama pernikahannya belum pula dikaruniai anak. Selain itu, setiap pulang kerja suaminya selalu mampir ke rumah orang tuanya yang tak jauh dari rumahnya. Saat malam tiba barulah suaminya pulang ke rumah sang istri. Hingga pada suatu hari sang istri diam-diam mengikuti suaminya ke rumah org tuanya, dan apa yg terjadi? Ternyata suaminya masih menyusu pada ibunya!

Kita tidak ingin anak kita seperti bayi besar. Fisiknya tumbuh besar, namun mental dan pikirannya seperti bayi. Orang tua bertanggung jawab menyiapkan anak agar siap menghadapi dunia. Orang tua bertanggung jawab menyiapkan anaknya menjadi seorang suami dan menjadi seorang istri dengan berbagai bekal, kemampuan, dan usaha. Doakan setiap hal dari anak kita. Mudah-mudahan kita semua menjadi orang tua yang menyadari setiap kekurangan diri lalu memperbaikinya di tengah setiap ikhtiar dan diiringi terus dengan doa dan belajar, belajar, dan teruuuusss belajar.. In syaa Allah.

Hari itu menjadi salah satu hari yang sangat berharga dari ribuan hari yang saya lewati. Pertemuan yang singkat namun padat ilmu. Semoga Allah memberkahi ibu wiwi dan keluarganya, juga keluarga kita semua.








Tulisan ini saya adaptasi dari tulisan mba Dewi Lestari. Berhubung saya tidak menyimak secara utuh karena  harus ngejar Rumaisha yang lari-lari di jalanan luar. Hehehe.



2 comments:

  1. amuut, bagus banget tulisannyaa.. ngingetin lagi kalo anak itu amanah dan mesti dijaga baik2.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kak talitha, sama sama saling ngingetin yaa :)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...