03/01/2015

Inspiring Mother (Part 1)

Assalaamu’alaikum

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan bersilaturahim ke rumah ibu Dra. Wirianingsih, M.Si. Beliau adalah seorang ibu, juga ustadzah, juga pernah menjabat sebagai anggota DPR.

amuthe kids modesty wirianingsih


Saya pribadi kagum dengan sosok ibu Wiwi ini. Di tengah kesibukannya sebagai wakil rakyat, beliau sukses mendidik 10 anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an dan berprestasi di bidang akademik masing-masing. Oleh Karena itu, saya dan teman-teman para ibu dari mommee.org terpanggil untuk menimba ilmu pada beliau. Berikut resume dari nasihat yang beliau sampaikan pada kami..

Bagaimana caranya bisa mendidik anak yang shalih dan shalihah seperti beliau? Adakah teori paten dalam dunia parenting?

Rasulullah SAW sering kali memberi nasihat dengan berkisah, dengan isyarat yang tersirat dalam kata-kata. Maka, menjadi seorang ibu yang baik tentu berbeda antara ibu yang satu dengan yang lainnya. Sulit jika harus disampaikan secara gamblang tips n trik untuk menjadi ibu terbaik bagi anak. Sebab seorang anak dilahirkan sangat istimewa, maka begitu pula ibunya. Artinya, setiap ibu pasti bisa mendidik anaknya dengan cara terbaik jika sang ibu mau belajar. Belajar dari mana? Belajar dari pengalaman orang-orang baik dan terkhusus pengalaman Rasulullah SAW.

amuthe kids modesty wirianingsih

Bagaimana membagi peran antara suami dan istri?

Kewajiban istri secara garis besar ada 2. Yaitu, mentaati suami dan mendidik anak dengan baik. Sedangkan kewajiban suami amat banyak, termasuk di dalamnya menafkahi keluarga. Peran utama wanita tentu mengurusi segala pernak-pernik pekerjaan yang ada di rumah, seperti memasak, mencuci, dll, dan yang terpenting adalah mendidik dan membina anak.


Mengapa demikian? Bukankah itu tanggung jawab suami juga? Ya, betul. Itu semua adalah bagian dari tanggung jawab suami. Akan tetap, suami sudah mencerahkan segenap daya dan upayanya untuk memenuhi kewajiban menafkahi keluarga. Wanita tidak memiliki kewajiban mencari nafkah. Namun, jika wanita bekerja untuk membantu perekenomian keluarga diperbolehkan dan dianggap sedekah.


Suami sudah habis waktunya di luar rumah dan tidak sempat mengurusi pekerjaan di rumah dengan maksimal. Lalu apakah sang istri masih menunggu suami untuk mengerjakan itu semua? sedangkan tiap detiknya kehidupan kita terus berjalan. Kita butuh makan, butuh pakaian bersih, anak butuh tempat tinggal yang bersih, dll. Apakah istri masih menunggu suami yang mengerjakan itu semua? Tentu tidak. Bagi istri shalihah, bebagi peran dan membantu meringankan sedikit kewajiban suami adalah sebuah kebahagiaan sebab di sinilah letak keja sama membangun syurga di rumah.


Intinya kerjasama berbagi tugas. Kalau di rumah ada asisten rumah tangga, Alhamdulillah. Kalau tidak ada, ya kita bantu suami kita. In syaa Allah bernilai pahala.


Peran seorang istri identik dengan dapur, sumur, dan kasur. Namun, apakah hal tersebut membuat seorang  wanita tidak boleh menuntut ilmu? Atau sebaliknya. Bagaimana wanita yang berpendidikan tinggi menjalankan perannya sebagai istri dan ibu?

Sungguh mulia seorang muslim yang menuntut ilmu. sebab ilmulah syarat amal diterima. Orang-orang yang wafat dalam menuntut ilmu masuk dalam kategori para syuhada. Terlebih para ibu yang terus menerus menuntut ilmu untuk menjadi sebaik-baik ibu.

Sebagai wanita, dibutuhkan ketelitian, kegesitan, dan efektivitas waktu dalam mengurus rumah tangga. Bagaimana mungkin tidak? pekerjaan rumah begitu banyak, sedangkan waktu dan tenaga kita terbatas. Oleh itu jadilah wanita cerdas.

Untuk apa wanita sekolah tinggi kalau ujung-ujungnya ke dapur? Justru dengan ilmu yang tinggi wanita bisa semakin cerdas mengelola rumah tangga, mengelola keuangan, dan terlebih mendidik anak sendiri. Semakin cerdas dan tinggi ilmu seorang wanita berarti anak nya akan semakin hebat karena dididik oleh ibu yang ilmunya matang dan mendalam. Dan yang terpenting, semakin tinggi pendidikan seorang ibu, bukan semata-mata untuk kebaikan karirnya. Tapi agar semakin baik dalam memanage rumah tangga.
...........

bersambung ke part 2

*Tulisan ini saya adaptasi dari tulisan mba Dewi Lestari. Berhubung saya tidak menyimak secara utuh karena harus ngejar Rumaisha yang lari-lari di jalanan luar. Hehehe.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...