Assalaamu'alaikum
Salah satu life plan
saya waktu dulu masih remaja adalah saya ingin agar suatu hari saya dapat
menikah dalam usia yang masih muda, let
say dibawah 24 tahun lah. Sebenernya kalo ditanya kenapanya, alasannya kekanak-kanakan
banget, supaya nanti kalau lagi jalan bareng saya dikira kakak atau temennya
anak saya, hehehe.
Alhamdulillaah atas izin Allah, saya dipertemukan dengan
suami saya dalam ikatan pernikahan pada usia 21 tahun, terima kasih ya Allah.
Berbicara tentang pernikahan tidak bisa tidak, kita akan berbicara
tentang anak. Bisa dibilang pernikahan dan anak adalah satu paket yg kita ambil
pada saat kita mengambil sebuah keputusan besar bernama pernikahan. Karena
dalam Islam sendiri salah satu tujuan penting menikah selain menghalalkan
hubungan dua orang insan berlainan jenis adalah untuk meneruskan dan
memperbanyak keturunan, demi meneruskan risalah ajaran islam.
Selanjutnya masalah apakah setelah menikah akan langsung
dimudahkan untuk memiliki anak atau tidak itu sepenuhnya hak prerogative Allah, tugas kita sebagai
manusia hanya berikhtiar dan berikhtiar. Namun saya yakin semua orang normal
akan sepakat bahwa hadirnya seorang anak dalam sebuah rumah tangga merupakan
kebahagiaan yang teramat besar, ini sesuai dengan firman Alloh dalam Q.S
Al-Kahfi ayat 46 :
“harta dan anak adalah perhiasan kehidupan
dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi sholih adalah lebih baik pahalanya
di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Di ayat tersebut dengan gamblang Allah menyebutkan bahwa anak
adalah bentuk kebahagiaan duniawi bagi para hambanya atau dengan kata lain anak
adalah perhiasan dunia. Kata perhiasan ini
menunjukkan bahwa anak merupakan kesenangan bagi para orang tuanya.
Sekali lagi segala puji bagi Allah yang telah mengaruniakan
seorang gadis kecil bernama Rumaisha pada keluarga kecil saya, gadis kecil yang
membuat hari-hari kami semakin berwarna sejak kehadirannya. Berwarna dengan
berbagai macam warna tentunya, dengan kata lain hari-hari kami menjadi sangat
menantang, hihihi.
Saya yang seumur-umur ga pernah deket sama anak kecil
tiba-tiba disibukkan dengan aktivitas merawat bayi. Yang dulu biasanya sibuk
ngacir ke sana kemari untuk urusan kuliah, organisasi, main bareng teman-teman,
tiba-tiba harus jadi orang rumahan untuk menjaga dan mengasuh Rumaisha.
Alhamdulillaah suami saya selalu mensupport
bahwa apa yang saya kerjakan saat ini adalah sebagai bentuk tanggung jawab atas
apa yg Allah telah berikan kepada kami, bila kami ikhlas dalam menjalankannya
insyaAllah limpahan pahala akan didapat. Hal ini pun Allah sampaikan dalam
firmannya dalam Q.S At-Taghabun ayat 15 :
sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah
cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.
Semakin beranjak usia seorang anak, berarti akan muncul
tuntutan baru bagi para orang tua, di mana kita akan dihadapkan pada pola
pengasuhan seperti apa yang akan kita terapkan pada anak kita kelak. Saya dan
suami berkeyakinan bahwa anak-anak itu ibarat sebuah tambang yang belum digali,
apa yang bisa kita temukan dalam tambang itu tergantung sedalam dan sekreatif
apa kita menggalinya, bisa jadi di kedalaman tertentu kita bisa menemukan emas,
bisa jadi pula bila kita menggali lebih dalam kita dapat menemukan tidak hanya
emas namun berlian dan minyak bumi (jadi kayak ahli pertambangan aja :p).
Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, maka kedua
orangtuanya lah yang menyebabkan ia menjadi yahudi, nasrani, dan majusi.”
(HR.Bukhori).
Kondisi
fitrah dari seorang anak akan teramat sayang bila kita lewatkan tanpa memberi
pengasuhan dan pendidikan yang tepat, karena anak adalah investasi jangka
panjang yang kelak bisa saja menjadi media penyelamat kita di akhirat kelak.
Pola pengasuhan (parenting)
telah menjadi concern bagi sebagian besar masyarakat, hal ini dapat kita
lihat saat ini banyak sekali buku-buku, seminar, pelatihan, grup bbm/wa, dan
komunitas yang khusus membicarakan tema ini. Alhamdulillaah, ini menunjukkan
bahwa masyarakat kita semakin menyadari pentingnya pola pengasuhan yang baik
dan benar. Bahkan di negara-negara maju seperti eropa, mereka menuangkan
hak-hak anak dalam undang-undang negaranya.
Meskipun sebenarnya tidak ada teori paten mengenai parenting (because every kid is unique),
penting bagi orang tua untuk terus menggali ilmu melalui pengalaman-pengalaman
orang terdahulu. Sebagai muslim kita tentunya meyakini bahwa ajaran yg telah Rasulullah
SAW sampaikan pada umatnya merupakan pegangan yang terbaik, yang dapat kita
terapkan dalam tiap sendi kehidupan kita, termasuk dalam hal pengasuhan anak.
Rasulullah SAW bersabda :
Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara,
yang (selama kalian berpegang teguh dengan keduanya) kalan tidak akan tersesat,
yaitu kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnahku.” (H.R. Al-Hakim dan Daruquthni).
Dalam Al-Qur’an dan contoh yang Rasulullah SAW berikan, kita
dapat menjumpai ayat maupun sabda Rasulullah SAW yang berbicara tentang pengasuhan
anak. Baik yang bersifat tersurat maupun tersirat. Sebagai contoh dalam surat
Luqman kita dapat menemukan pembicaraan luqman kepada anaknya untuk tidak
mempersekutukan Allah SWT, seperti berikut :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya. ‘wahai anakku! Janganlah
engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedzaliman yang besar. (Q.S Luqman ayat 13).
Dan masih banyak contoh-contoh lain yang dapat kita temukan
dalam ajaran Islam tentang pengasuhan anak, semoga saya yang dengan
keterbatasan ini dapat kemudahan untuk senantiasa mengupgrade ilmu dan makin
bijak dan sabar dalam mendidik anak-anak saya kelak.
Tulisan ini saya buat bukan untuk menggurui atau sejenisnya,
namun semata-mata karena semangat berbagi dan termotivasi untuk senantiasa
menjadi hamba Allah SWT yang dapat mengemban amanah yang telah Allah berikan.
Wallahu a’lam
Ă€muth......jd byk bljr nih sm km :)
ReplyDeletedoakan gie segera menyusul yaaa and have baby girl like beauty rumaisha
aku juga masih belajar kak anggi.. aamiin.. semoga cepat menyusul yaa :)
Delete